+Mimpi yang Nyata+
(Reinkarnasi)
“ Dan aku terbangun dari mimpi itu,entah apa arti dari mimpi itu? Tak tahu .”
*****
Semuanya gelap,tak ada cahaya apapun disini. Ku berjalan dan terus berjalan. Tiba-tiba aku berhenti,berhenti di sebuah ruangan yang tampak seperti kamarku. Ketika aku masuk ke ruang itu, bulu romaku merinding, seolah ada seseorang di ruang ini, yang aku pun tak tahu siapa.
Byurr.. “Anii.. cepat bangun!!,sudah jam berapa ini??” teriak kakakku yang selalu membangunkanku dengan cara seperti ini. Menyiramku dengan se-gayung air. Menyebalkan, dan karena ia pula, setiap hari aku menjemur selimutku. Aarrgghhh. , benar-benar menyebalkan. . !!!
Setelah mandi dan berkaca, aku bersiap sarapan bersama keluargaku. Sial.,kenapa aku tak nafsu makan?. Aku beranjak dari kursi dan berpamitan kepada orang tuaku. Tak biasanya aku seperti ini. Gara-gara mimpi itu, aku seperti orang yang blo’on.
“Hei,,” Jo menyapaku disana, tapi aku tak menghiraukannya.
Ia berlari mendekatiku, “Aniii..” ia berteriak tepat di kupingku. Arghh. .
Entahlah,hari ini aku tak ingin di ganggu, tak ngin bertemu siapapun. Mungkin hari ini aku layak disebut orang gila yang amnesia. Huh,bahkan aku tak tahu apa maksud dan artinya.
Tet..tet..tet.. bel tanda istirahat,
“Ani,ini maksudnya apa sih?” Tanya Jo yang menanyakan apa maksud dari ‘Either dan Neither’.
Huh entahlah, dari tadi aku tak mencerna pelajaran yang di sampaikan. Aku juga tak nafsu ketika Jo mengajakku pergi ke kantin. Aku hanya diam sampai Jo pergi meninggalkanku sendiri di kelas. Mungkin Jo akan berpikir bahwa ada roh yang masuk ke jiwaku. Sudahlah. .
Aku gila. Mimpi itu membuatku gila. Dari pada aku makin gila, lebih baik aku pulang saja. Ku letakkan surat izin dari BK ke meja guru kelas. Tentunya aku tak mau pulang sendirian, aku mengajak Jo.
*****
“Ani, boleh aku menemanimu?” tawar Jo,
Aku meng-iya-kan.
Seperti biasa, hal pertama yang dituju oleh Jo saat di rumahku adalah tempat penyimpanan DVDku. Yah, seperti itulah tingkah lakunya saat di rumahku. Jo memilih ‘Harry Potter and the Goblet of Fire’. Kami sangat menikmati film itu. Sampai-sampai aku tertidur pulas,hingga Jo tak berani membangunkanku.
Lagi-lagi mimpi itu,selalu yang sama. Dan aku terbangun dari mimpi itu, entah apa arti dari mimpi itu? Tak tahu.
“Pukul tujuh.” Gumamku dalam hati. Lalu mbak yem memberikan segelas teh hangat dan berkata
“Nyonya sama tuan sedang meeting non,non Lia sedang mengerjakan tugas dirumah non Nia.”
Aku tak shock dengan keadaan ini,setidaknya orang tuaku masih bisa meluangkan waktu demi anak-anaknya.
“Eh non, mbak lupa, ini ada surat dari mas Jo” kata mbak sambil menyodorkan secarik kertas.
Ani,maaf,aku tak bisa menemanimu sampai orang tua mu datang, aku ada sedikit urusan. Maaf juga tidak pamit kepadamu, aku ingin membangunkanmu tadi. Tapi kulihat kau sangat lelah.
Ttd
Jo
Ada satu penyesalan kenapa Jo tak membangunkanku. Yah,agar aku tak terlalu jauh bermimpi tentang itu. Segera aku mandi dan menyiapkan keperluan sekolah ku besok.
Jam menunjukkan pukul 23:00. Aku bergegas menuju kamar,kunyalakan i-pod hingga ku tertidur. Dan lagi,aku bermimipi tentang itu. Tetapi bedanya,aku melihat sesosok perempuan yang sedang tertidur pulas di ruang itu.
Ketika ia terbangun,aku buru-buru untuk mencari tempat sembunyi. Ku ikuti kemanapun ia pergi. Tinggi badan,rambutnya,bahkan tingkah lakunya pun mirip. Ku pungut sebuah kertas,yang ternyata akta kelahirannya.
Nama : Anisa Larasati
Tempat tanggal lahir : Jakarta, 28 Maret 1930
Pukul : 23.23 menit 23 detik
Aku terkejut!. Kenapa bisa sama?,kenapa?. Ku dengar orang membuka pintu dari pintu belakang,aku segera bersembunyi lagi. Sepertinya aku mengenali wajah itu,wajah yang pernah ku lihat.
“Kakek Rendra?!?!” aku tercengang. Kakek Rendra adalah tetangga sebelah.
Byurr. . “Anii.. cepat bangun!!,sudah jam berapa ini??” lagi-lagi teriakan kakakku memekakkan telinga. Dan dengan cara yang sama pula ia membangunkanku. Sangat menyebalkan.
Hari ini adalah hari yang tak ku suka,hari dimana aku membolos sekolah. Setelah diantar papa, aku lalu menyetop taksi.
“Jalan Garuda nomor 4,pak!”
******
“Assalamu’alaikum,kakek Rendra.” Teriakku sambil mengetuk pintu rumahnya.
“Eh Nisa, mari masuk.”
Entah kenapa aku dipanggil Nisa, padahal jelas-jelas namaku Ani, Ani Miraldi.
Tanpa basa-basi,aku menceritakan semua mimpiku kepada kakek Rendra.
“Rumah itu, dulu adalah rumah teman kakek yang bernama Nisa, Anisa Larasati. Pejuang pemuda wanita yang turut menegakkan kemerdekaan. Pada malam itu tepatnya tanggal 15 Agustus 1945,saat ia mengendap keluar bersama kakek, ia terbunuh. Malam yang tak akan kakek lupa. Ia sangat mirip denganmu. Tingkah lakunya, rambut ikalnya,kulit coklatnya,bahkan wajahnya mirip denganmu. Itu sebabnya aku tak memanggilmu Ani. Karena kakek tahu,kamu adalah Nisa.”
Aku terdiam saat mendengar penjelasan dari kakek Rendra. Aku juga tahu kenapa di umurku yang ke-15 ini, aku memimpikannya?. Sekarang aku tahu, ini adalah mimpi yang nyata. Reinkarnasi.
By : Nanda Putri Larasati